Minggu, 20 Desember 2015

Kopi Buku : Resensi Buku Wasiat Politik Imam Ali kepada Malik Asytar

POLITIK IRFANI: Nilai-nilai Spiritual dalam berpolitik


   Politik sepertinya tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan manusia. Apalagi jika sudah masuk kewilayahan. Ada tanggung jawab seseorang dalam mengatur masyarakat. Politik dalam hal ini adalah salah satu aspek dalam bagaimana mengatur dan mengayomi masyarakat. Jika dilihat dari semua pemimpin dunia-dari dulu hingga sekarang-hampir semuanya menggunakan politik sebagai pedoman untuk memimpin masyarakat. Maka dari itu politik sangat terkait dengan kepemimpinan. Politik secara umum yang digunakan biasanya hasil dari teori-teori sebuah ideologi pemikiran. Selanjutnya pada praktiknya, strategi yang digunakan adalah terkait dengan tujuan dari sebuah ideologi pemikiran.


   Buku ini berisi salah satu model politik yang ditawarkan sebagai sebuah pedoman untuk seorang pemimpin dalam memimpin masyarakat. Wasiat politik Imam ali ini bukan sebuah model politik mainstream yang biasa digunakan para pemimpin dunia sekarang ini. Jarang sekali ditemukan. Wasiat politik Imam Ali berisi nilai-nilai spritual yang jarang digunakan bagi kebanyakan pemimpin.
   Wasiat ini adalah perintah Imam Ali kepada Malik al-Asytar yang diangkat sebagai gubernur Mesir dengan berbagai macam tugas, antara lain mengumpulkan pajak, membangun wilayah, dan memperbaiki urusan masyarakat. Yang menarik adalah pada permulaan wasiat politiknya dengan nilai-nilai spiritual yang biasa ditemukan dalam ajaran-ajaran agama, khususnya Islam.  Ada 3 perintah Imam Ali sebelum menjelaskan perintah-perintah yang lebih detail. Pertama, perintah untuk bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintahNya dan tidak menentang dan menyia-nyiakan perintah Allah. Kedua, perintah untuk menolong(agama) Allah dengan segenap hati, kekuatan, dan lisan. Dan ketiga yang paling menarik yaitu perintah melawan hawa nafsu dan mengendalikannya. Ini yang saya sebut keluar dari mainstream poltik pada umumnya yang memisahkan unsur-unsur spiritual(agama) dari praktik-praktik politik.
   Wawasan dan pengetahuan yang luas adalah syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Tidak bisa dibayangkan jika seorang pemimpin hanya memiliki modal pengetahuan dan wawasan yang sedikit. Ada juga seorang pemimpin yang pengetahuan dan wawasannya begitu luas, namun tidak secara tegas menentukan landasan dari wawasannya itu sebagai ukuran kebijakan-kebijakan politiknya, sehingga peda pelaksanaannya simpang-siur, ngambang, dan tidak jelas. Dalam wasiat politiknya Imam Ali membekali Malik dengan poin-poin penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Pertama dengan keragaman manusia dan cara menyikapinya. Dalam hal ini yang paling penting adalah berkasih-sayang terhadap semua orang, dan banyak lagi sikap-sikap pemimpin yang harus diterapkan dalam menghadapi masyarakat. Intinya perlu memahami karakteristik dari setiap orang dan cara menyikapinya. Kedua Adab terhadap Allah, kemudian keberpihakan terhadap rakyat, dijelaskan juga tentang watak ideeal seorang pemimpin dan terakhir tenrang perbedaan struktur sosial manusia.
   Setelah dibekali dengan pengetahuan kepemimpinan, Imam Ali melanjutkannya dengan memberikan langkah-langkah yang harus diambil oleh Malik Asytar. Yang pertama adalah memilih pemimpin tentara atau panglima pasukan. Disini dijelaskan juga bagaimana karakteristik panglima yang baik sehingga bisa dipercaya sebagai pemimpin tentara. Selanjutnya yang menarik adalah membagi waktu. Ini yang biasanya sulit bagi seorang pemimpin untuk mengatur waktu. Lalu juga ada adab imam shalat jamaah, serta terakhir adalah kepekaan pada situasi dan kondisi. Pemimpin harus membuka mata dan telinga dengan sebaik-baiknya sehingga peka terhadap kondisi yang ada.
   Wasiat ini harusnya dijalankan bukan hanya Malik Asytar, tetapi seluruh pemimpin dunia khususnya pemimpin muslim. Inilah politik irfani. Bukan politik yang orientasinya pada harta dan kekuasaan, namun politik yang didasari pada nilai-nilai spiritual. Politik yang tidak dipisahkan dari agama, sehingga fokusnya hanya pada masyarakat murni. Bahwa orang-orang tertindas harus dibela. Keadilan harus ditegakkan. Hal ini tentunya bisa diwujudkan oleh seorang pemimpin yang kuat dan bersih hatinya. Wasiat ini mampu membimbing para pemimpin untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. Disisi lain, karena wasiat ini ditulis zaman dulu, sehingga sekilas jika membaca seolah tidak relevan dengan masa kini. Sebenarnya hemat saya bukan tidak relevan, namun perlu pada penafsiran-penafsiran sehingga bisa memahami makna yang terkandung dari setiap katanya. Pada covernya juga terlalu gelap sehingga kurang menarik untuk dilihat. Saya kira buku ini bagus untuk para pemimpin dunia untuk dijadikan pedoman.

Data Buku
Judul: Wasiat Politik Imam Ali untuk Malik Asytar (Diterjemahkan dari Nahj al-Balaghah, Bagian Surat-Surat Imam Ali)
Penerjemah: Nano Warno
Cetakan: 2011
Penerbit: Al-Huda
Tebal: 77 halaman
ISBN: 978-979-1193-38-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar